Posted on Minggu, 11 Agustus, 2019 by saatteduh – Santapan Harian Scripture Union Indonesia. – Baca 1 Samuel 91–1016 Hidup itu misteri, tidak mudah ditebak. Namun satu hal yang pasti, Allah berkuasa memerintah dan menata segala sesuatu. Tidak ada kebetulan dalam hidup ini karena Allah bekerja dalam segala sesuatu. Kisah Saul yang diurapi oleh Samuel memberitahukan bahwa hidup ini tidak kebetulan. Kish, ayah Saul, kehilangan keledai-keledai betinanya. Ia kemudian menyuruh Saul mengajak seorang bujangnya untuk mencari keledai-keledai tersebut. Di tengah jalan, si bujang mempunyai ide untuk menanyakan kehilangan mereka itu kepada Samuel. Akhirnya, mereka bertemu dengan Samuel, lalu Samuel mengurapi Saul menjadi raja. Sebelum mengurapi Saul, Samuel menceritakan petunjuk Allah tentang siapa yang harus ia urapi. Ayat 15-18 jelas menunjukkan bahwa peristiwa kehilangan keledai dan perintah Kish kepada Saul untuk mencari keledainya bukanlah hal yang kebetulan. Allah bekerja dalam segala sesuatu untuk menggenapi rencana-Nya. Dan rencana Allah pasti mendatangkan kebaikan bagi umat-Nya. Memang, rencana Allah dapat tampak seolah kebetulan. Untuk menyadari dan mengetahui semua itu, dibutuhkan relasi yang dekat dengan-Nya dan kepekaan. Samuel selalu hidup dekat dengan Allah. Ia mempunyai kepekaan dan hikmat dalam mendengarkan suara-Nya. Sedari muda, Samuel sudah melatih telinganya untuk peka terhadap firman Allah. Allah senantiasa memberi petunjuk kepadanya. Di tengah zaman yang penuh hiruk pikuk dan tantangan ini, kita diajak untuk peka terhadap apa yang terjadi. Allah ingin kita senantiasa berdialog dengan-Nya dan merenungkan ”Apa kehendak Allah atas segala peristiwa yang sedang dihadapi.” Satu hal yang pasti, dalam segala keadaan, Allah hendak mendatangkan kebaikan bagi setiap orang yang mengasihi-Nya. Ia ingin menyatakan kasih-Nya bagi kita semua, baik melalui peristiwa yang baik maupun yang tampaknya menyakitkan. Doa Tuhan, tolonglah kami untuk mengetahui kehendak-Mu melalui segala sesuatu yang terjadi. [MH] Beri peringkat Filed under Renungan HarianApakahhanya kebetulan, ataukah sudah ada pengetahuan Musa a.s tentang hal itu sebelumnya, sehingga dengan itu, ia bisa menyelamatkan Bani Israil dari serangan balatentara Fir'aun? yaitu penyerbukan melalui angin. Ayat tentang ini adalah Q.S Al Hijr ayat 22 yang berbunyi, “Dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan (tumbuh-tumbuhan
Oleh Ali Farkhan Tsani, Redaktur Senior Kantor Berita MINA, Pembina Ma’had Tahfidzul Quran DTI Bekasi Jawa Barat Kita di sini, begini dan saat ini adalah atas izin Allah. Tidak ada yang kebetulan. Semua pasti ada hikmahnya. Semua dengan izin Allah. Bersendikan kalimat Tauhid “Laa ilaaha illallaah* menjadikan kita dalam Qudrat ini untuk mengabdi kepada Allah. Maka, kita berbuat karena atas perintah Allah dan mengharap ridha Allah. Kejadian pencurian, pun terjadi atas izin Allah, tapi mencuri itu tidak diridhai Allah. Bagi kita yang kecurian atau kehilangan, tentu ridha terhadap taqdir Allah, hingga Allah pun ridha pada kita. Tentang semua atas izin Allah ini, disebutkan di dalam ayat وَعِنْدَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لَا يَعْلَمُهَا إِلَّا هُوَ ۚ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ ۚ وَمَا تَسْقُطُ مِنْ وَرَقَةٍ إِلَّا يَعْلَمُهَا وَلَا حَبَّةٍ فِي ظُلُمَاتِ الْأَرْضِ وَلَا رَطْبٍ وَلَا يَابِسٍ إِلَّا فِي كِتَابٍ مُبِينٍ Artinya “Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya pula, dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata Lauh Mahfudz.” QS Al-An’am [6] 59. Pada ayat lain disebutkan bahwa kunci-kunci perkara yang ghaib itu ada lima. إِنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنزلُ الْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الأرْحَامِ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ Artinya “Kunci-kunci perkara yang gaib itu ada lima, tidak ada yang mengetahuinya kecuali hanya Allah. Yaitu yang disebutkan oleh firman-Nya Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang 1. Hari Kiamat, 2. Dialah yang menurunkan hujan, 3. Mengetahui apa yang ada dalam rahim, 4. Tiada seorang pun yang dapat mengetahui apa yang akan diusahakannya besok, 5. Tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” QS Luqman [31] 34. Berkaitan dengan ayat ini, Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhu menjelaskan, bahwa tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia Allah mengetahuinya. Juga tidak ada sebuah pohon pun, baik di daratan maupun di lautan, melainkan ada Malaikat yang diperintahkan untuk menjaganya. Malaikat itu mencatat daun-daun yang gugur dari pohon itu. Ibnu Abu Hatim menambahkan, bahwa tidak ada suatu pohon pun di bumi, tidak pula sebuah biji pun yang ditanam melainkan padanya terdapat Malaikat yang ditugaskan oleh Allah untuk melaporkan kepada-Nya apa yang terjadi pada pohon itu. Termasuk mengenai masa lembabnya apabila mengalami kelembaban, dan masa keringnya apabila mengalami kekeringan. Karena semua atas izin Allah dan diketahui-Nya, maka marilah kita lebih barhati-hati lagi dalam berkata dan bertindak, agar selalu selaras dengan tuntunan Allah. Juga, tidak menyandarkan segala sesuatunya pada orang lain atau pada diri sendiri. Namun menyandarkannya mutlak kepada Allah. Karena semua sudah tercatat, kita juga tahunya setelah terjadi. Maka, tidak ada sedikitpun rasa su’udzan, prasangka buruk, menolak taqdir, dan seandainya begini, seandainya begitu. Karena semuanya berlangsung atas izin-Nya semata. Segala mudharat dan manfaat, anugerah dan musibah, terjadi atas izin Allah. Jadi, tidak perlu cemas berlebihan, berharap berlebihan, semuanya wajar saja. Semua pasti ada hikmahnya, tinggal kita tingkatkan tawakkal kepada-Nya. Untuk itu, marilah kita menggapai ridha Allah di setiap waktu, tempat dan kesempatan. Dan kita berharap, jangan sekejap pun terlepas dari Allah. Seperti doa pagi dan sore yang diajarkan Nabi Shallalahu Alaihi Wasallam يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيْثُ وَأَصْلِحْ لِيْ شَأْنِيْ كُلَّهُ وَلاَ تَكِلْنِيْ إِلَى نَفْسِيْ طَرْفَةَ عَيْنٍ أَبَدًا Artinya “Wahai Yang Maha Hidup, wahai Yang Berdiri Sendiri tidak butuh segala sesuatu, dengan rahmat-Mu aku minta pertolongan, perbaikilah segala urusanku dan jangan diserahkan kepadaku sekali pun sekejap mata tanpa mendapat pertolongan dari-Mu selamanya.” HR Ibnu As-Sunni, An-Nasa’i, Al-Bazzar dan Al-Hakim. Sanad hadits hasan – Al Albani dalam As-Silsilah Ash-Shahihah. Semoga dengan izin Allah, kita selalu mendapatkan ridha-Nya. Selamanya. Aamiin. A/RS2/P1 Mi’raj News Agency MINA
Tidakada kebetulan di dunia ini.Sukses bukanlah terjadi dari kebetulan.Kegagalan bukanlah dari kebetulan. Mereka yang berhasil dibangun dari tindakan spesifik yang menjadi sebuah kebiasaan sukses. Disiplin untuk melakukan kebiasaan yang efektif sangatlah penting menuju peningkatan level kepemimpinan bisnis. 3 Prinsip Dasar ( Edifikasi, Konsultasi, No Jakarta, NU OnlineAntara ayat yang satu dengan ayat yang lain di dalam Al-Qur’an mustahil bertentangan. Hal itu karena Al-Qur’an merupakan mukjizat. Penegasan ini disampaikan Wakil Ketua Lembaga Dakwah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama LD PBNU KH Misbahul Munir.“Al-Qur’an pasti sinkron, karena itu mukjizat. Al-Qur’an bukan bikinan manusia, bukan dikarang oleh Nabi Muhammad. Tapi Al-Qur’an wahyu dari Allah subhanahu wata’ala,” kata Kiai Misbah saat mengisi pengajian Ramadhan di Majid An-Nahdlah Gedung PBNU, Jakarta Pusat, Sabtu 19/5 itu berbeda dengan buku atau tata aturan negara dalam bentuk Undang-Undang sebagai produk manusia, sehingga sering terjadi kesimpangsiuran di dalamnya.Baca Hidupkan Ramadhan dengan Kegiatan Bernilai IbadahKiai Misbah juga mengatakan bahwa Al-Quran merupakan mukjizat yang terhebat dan bertahan sampai hari kiamat. “Al-Qur’an adalah mukjizat paling besar dan bertahan sampai hari ini dan hari kiamat,” Nabi Muhammad, terdapat nabi-nabi lain yang mendapat mukjizat. Seperti Nabi Musa dengan tongkatnya yang bisa membelah laut, Nabi Isa dengan mukjizatnya bisa menyembuhkan orang buta dan menghidupkan orang mati, dan Nabi Ibrahim yang dibakar, tapi tidak mati. Namun demikian, kata Kiai Mishbah, Al-Qur’an merupakan mukjizat yang terhebat dibanding mukjizat yang diterima nabi-nabi lain. “Mukjizat Nabi Musa, Isa, dan Ibrahim hebat, tapi tidak sehebat mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Muhammad yang berupa Al-Qur’an,” jelasnya. Husni Sahal/Kendi Setiawan 2 Istilah Ruilslag (Tukar menukar/Tukar Guling) Pembakuan mengenai penggunaan kata “ruilslag”3 dalam peraturan. perundangan-undangan Hukum Nasional sampai saat ini belum ada, sedangkan kata “ruilslag ” terdiri dari kata yaitu “ruil” yang berarti penukaran atau tukar-menukar, dan kata “slag” yang berarti tipe, rupa, atau jenis. Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Benar kata Ibukku bahwa belajar itu tiap detik, bahwa membaca itu tidak hanya buku. Dan dengan diam, aku ternyata bisa menyimak, berusaha mengambil pelajaran -tentu saja yang sesuai dengan kapasitas otakku. Semua dimulai ketika aku mengambil mata kuliah Teaching Prose ketika di bangku Pasca Sarjana. Grandma Roembilin, dosenku ketika itu, meminta aku dan teman teman untuk membaca dan mendiskusikan satu novelette yang ditulis oleh Mitch Albom. Dari sekian banyak karya si pengarang, Grandma memilihkan "The Five People you meet in Heaven". Diksi yang mudah dicerna, cara bercerita yang tidak biasanya membuat aku senang membaca novelette tersebut. Namun ternyata kisah yang pendek itu, mendadak menjadi buku filsafat tebal. Kata kata ringan berubah menjadi luar biasa berat dalam makna. Pikir dan hatiku langsung terikat pada mini novel tersebut. Semua kalimat didalamnya mengandung filosofi hidup. Semuanya menjadi kalimat kalimat kutipan favoritku. Salah satunya adalah yang ini. “There are no random acts...We are all connected...You can no more separate one life from another than you can separate a breeze from the wind...” ― Mitch Albom, The Five People You Meet in Heaven Membayangkan bahwa semua kejadian dalam hidup kita ini bukanlah kejadian yang ngawur, bahwa tidak ada itu yang namanya kebetulan, adalah sesuatu yang awalnya membingungkan. Apalagi memahami bahwa jaring hidup kita terkoneksi dengan hidup mahluk lain. Ini karena mataku di depan sehingga aku terbiasa menatap ke depan. Tidak menyadari -atau seringkali lupa- bahwa dibelakangku ada garis hidupku yang lalu. Bahwa disamping kiri kananku, bahkan atas bawahku, ada kehidupan kehidupan yang lain dari mahluk mahluk yang itu lah yang merajut benang benang peristiwa dalam hidupku. Semuanya itu lah yang menjadi lantaran aku yang sekarang, yang sekarang ini sampai di titik semua pikiran pikiran ini akhirnya bertaut. Kitab "Al Ibriiz" yang aku kaji beberapa waktu terakhir -sebagai pelarian atas peristiwa peristiwa penghancur hati yang terjadi dalam hidupku beberapa tahun terakhir ini, memaktubkan hal yang sama. Hantaman keras pada diriku! Agamaku mengaturnya. Kitabku menuliskannya. Tuhanku menjelaskannya. Tidak ada satu pun di alam ini yang terjadi secara kebetulan, sebagaimana tertuang dalam Al-Qur`an, "... Allah mengatur urusan makhluk-Nya." ar-Ra'd 2. Dalam ayat lain dikatakan, " dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya pula...." al-An'aam 59. Dialah Allah Yang menciptakan dan mengatur semua peristiwa, bagaimana mereka berawal dan berakhir. Dia pulalah yang menentukan setiap gerakan bintang-bintang di jagat raya, kondisi setiap yang hidup di bumi, cara hidup seseorang, apa yang akan dikatakannya, apa yang akan dihadapinya, sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur`an, "Sesungguhnya, Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran." al-Qamar 49 "Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan tidak pula dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab Lauh Mahfuzh sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya, yang demikian itu adalah mudah bagi Allah." al-Hadiid 22 Duh Gusti! Siapapun dia yang masuk dalam hidupku, sebesar ataupun sekecil apapun peranannya, adalah sudah dituliskan, Apapun peristiwa yang terjadi dalam hidupku, sepenting ataupun seremeh apapun, adalah juga sudah dituliskan. Apa yang harus aku khawatirkan? Jika aku dibuatNya begini, menjadi seperti ini, di jalan ini, maka ini bukanlah trial dan errornya Tuhanku atas hidupku. Bukan lahan coba coba bagi Dia untuk hidupku. Sekuat apapun aku menolak dan menghindar, bila itu sudah disahkan atas hidupku, maka bagaimanapun caranya hal itu akan tetap terjadi jua. Begitupun sebaliknya. Karenatidak ada selembar pun daun yang jatuh tanpa ijin Tuhan. Lihat Cerpen SelengkapnyaTidakada yang kebetulan semua karena desain dari Allah. Allah pasti memberikan yang terbaik untuk kita. Terkadang manusia berpikir bahwa yang terjadi dalam hidup ada yang kebetulan saja. Padahal itu bukan kebetulan. Ada kekhawatiran jika kita berpikir seperti itu, kita bisa menafikan zat yang maha Esa yaitu Allah swt. Seperti halnya ketika
Dalam kehidupan ini, sering kali kita dihadapkan dengan keadaan atau peristiwa atau situasi yang tidak pernah kita duga sebelumnya atau kita rencanakan terlebih dahulu. Seolah kejadian itu terjadi begitu saja secara kebetulan. Ya, istilah kebetulan ini sering kita pakai dan kita dengar dalam kehidupan sehari-hari. Artikel ini akan mengulas secara singkat tentang ungkapan kebetulan dilihat dari sudut pandang aqidah dan hukum Islam Latah mengucapkan Ini sebuah kebetulan’ Masing -masing dari kita hampir bisa dipastikan pernah mengalami suatu peristiwa yang terjadi tanpa dia bayangkan, perkirakan atau rencanakan sebelumnya. Peristiwa tersebut bisa peristiwa kecil maupun besar, penting atau pun tidak. Terkadang peristiwa yang sering kita istilahkan secara latah dengan kebetulan ini bahkan berkaitan dengan keselamatan kita. Misalnya saja seseorang sedang naik kendaraan di tengah malam melewati sebuah jalanan yang sangat sepi karena jalan itu berada di sebuah kebun pohon kayu jati yang luas. Tiba-tiba bannya kempes karena terkena paku di jalan tersebut. Maka dengan terpaksa dia harus menuntun motornya melintasi jalan sepi dan asing. Tidak terbayang akan ketemu tukang tambal ban dalam waktu dekat. Secara kebetulan, melintas seorang pemotor. Kemudian berhenti dan bertanya ada masalah apa. Ternyata dia seorang polisi. Lantas sang polisi membantunya mendorong motor tersebut dari belakang hingga keluar area sepi tersebut dan diantarkan sampai bertemu tukang tambal ban yang buka 24 jam. Dalam konteks interaksi sosial di antara sesama manusia hal itu bisa diterima oleh akal sehat sebagai peristiwa yang bersifat kebetulan. Namun, apakah benar hal itu sebuah peristiwa kebetulan bila dilihat dari sudut pandang aqidah Islamiyah? Apakah ada Kebetulan Dalam Islam? Apakah ada kebetulan dalam Islam Dalam Islam, salah satu ajaran yang telah disepakati sebagai salah satu prinsip penting dalam aqidah islamiyah adalah ajaran tentang beriman kepada takdir Allah Ta’ala. Segala sesuatu di dunia ini tidak ada yang terjadi tanpa ditakdirkan oleh Allah terlebih dahulu sebelumnya. Allah mengetahui apa saja yang akan terjadi dan sudah dituliskan seluruh peristiwa yang akan terjadi hingga hari kiamat di Lauhul Mahfuzh. Hal ini sebagaimana dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim 2653 dalam shahihnya dari Abdullah bin Amr bin Al-Ash, dia berkata,” Aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda, كَتَبَ اللَّهُ مَقَادِيرَ الْخَلاَئِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ ”Allah telah menulis takdir seluruh makhluk 50 ribu tahun sebelum Allah menciptakan langit dan bumi.” Bila demikian halnya, maka tidak mungkin ada sesuatu yang terjadi yang bersifat kebetulan atau terjadi diluar takdir dan pengetahuan Allah Subhanahu wa Ta’ala sebelumnya. Semua kejadian sekecil apa pun sudah tercatat di tempat yang aman dan tidak akan pernah mengalami pergantian atau pun perubahan. Jadi, bila dilihat dari sudut pandang akidah Islamiyah, dilihat dari perbuatan Allah Subhanahu wa Ta’ala terhadap alam raya ini beserta makhluk – makhluk yang ada di dalamnya. Maka tidak ada istilah kebetulan untuk sebuah peristiwa dan tidak dibenarkan untuk mengatakannya. Namun apakah demikian halnya bila dilihat dari sudut pandang perbuatan manusia yang tidak mengetahui apa yang bakal terjadi meski beberapa menit yang akan datang? Baca juga Pengertian Bashirah Dalam Islam Hukum Mengucapkan kebetulan Dalam Islam Akhirnya muncullah sebuah pertanyaan, apakah hukumnya seorang muslim mengucapkan “Saya sedang berjalan di depan sebuah toko buku, secara kebetulan saya bertemu dengan teman masa kecil saya.” Bagaimana hukumnya mengucapkan “kebetulan” saat menceritakan suatu peristiwa yang terjadi secara mendadak di luar perkiraan dan rencananya sama sekali seperti contoh tersebut? Syaikh Muhammad bin Shalih al-Munajjid pernah ditanya dengan pertanyaan semacam ini dan beliau memberikan jawaban sebagai berikut[i] ”Tidak ada salahnya menggunakan kata “kebetulan”, karena yang dimaksud pembicara adalah dia bertemu orang itu tanpa kesepakatan sebelumnya untuk bertemu, dan tanpa bermaksud melakukannya; Ia tidak bermaksud bahwa pertemuan ini terjadi tanpa takdir Allah Azza wa Jalla. Penggunaan kata kebetulan’ telah terdapat dalam sejumlah hadits. Di antaranya adalah hadits yang diriwayatkan Muslim 2144 dari Anas dia berkata, فَانْطَلَقْتُ بِهِ يعني بعبد الله بن أبي طلحة إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَصَادَفْتُهُ وَمَعَهُ مِيسَمٌ . . . الحديث. والميسم أداة تستخدم في الكي . Saya berangkat bersamanya yaitu, dengan Abdullah bin Abi Talhah untuk pergi ke Rasulullah ﷺ dan kami bertemu dengannya secara kebetulan dan Rasulullah ﷺ sedang membawa Misam …al-hadits. الميسم Misam adalah alat yang digunakan dalam pengobatan dengan metode Kay yaitu dengan besi yang dipanaskan lalu ditempelkan ke tempat luka. وروى أبو داود 142 عَنْ لَقِيطِ بْنِ صَبْرَةَ قَالَ كُنْتُ وَافِدَ بَنِي الْمُنْتَفِقِ أَوْ فِي وَفْدِ بَنِي الْمُنْتَفِقِ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ فَلَمَّا قَدِمْنَا عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَمْ نُصَادِفْهُ فِي مَنْزِلِهِ وَصَادَفْنَا عَائِشَةَ أُمَّ الْمُؤْمِنِينَ . . . الحديث . صححه الألباني في صحيح أبي داود . Abu Dawud 142 meriwayatkan dari Laqith bin Shabrah, dia berkata,”Saya datang di antara delegasi Bani Al-Muntafiq kepada Rasulullah ﷺ. Ketika kami datang kepada Rasulullah ﷺ , kebetulan kami tidak menemukannya di rumahnya tetapi kebetulan Aisyah Ummul Mukminin ada di sana….” Hadits ini digolongkan sebagai hadits shahih oleh al-Albani dalam Shahih Abi Dawud. Dalam Fatawa Al-Lajnah ad-daimah 3/393 dinyatakan “ليس قول الإنسان قابلت فلاناً صدفة محرّماً أو شركاً، لأن المراد منها قابلته دون سابق وعد أو اتفاق على اللقاء مثلاً وليس في هذا المعنى حرج” اهـ . “Ungkapan yang digunakan oleh banyak orang, “Saya bertemu fulan ini secara kebetulan” dan lain-lain, tidaklah haram dan bukan syirik, karena yang dimaksud dari ungkapan tersebut adalah bertemu dengannya tanpa ada perjanjian atau kesepakatan sebelumnya untuk bertemu, misalnya, dan tidak ada salahnya dengan arti ini.” Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah ditanya Apa pendapat Anda tentang penggunaan ungkapan “secara kebetulan”? Beliau rahimahullah menjawab Kami berpendapat tidak ada yang salah dengan ungkapan ini. Ini adalah ungkapan yang sudah dikenal dan disebutkan dalam beberapa hadits صادفْنا رسول الله صادفَنا رسول الله Kami bertemu Rasulullah ﷺ secara kebetulan. Rasulullah ﷺ bertemu dengan kami secara kebetulan. Berkenaan dengan perbuatan manusia, hal-hal bisa terjadi secara kebetulan, karena orang tidak memiliki pengetahuan tentang perkara ghaib dan sesuatu dapat terjadi tanpa dia sadari atau orang melakukan sejumlah hal yang tidak mengarah kepada sesuatu yang kebetulan tersebut atau tidak memperkirakannya. Tetapi sehubungan dengan perbuatan Allah, tidak demikian halnya, karena segala sesuatu diketahui oleh Allah dan segala sesuatu ditentukan oleh-Nya. Berkaitan dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak ada yang terjadi secara kebetulan untuk selamanya. Tetapi sehubungan dengan Anda dan saya, kita dapat bertemu tanpa pengaturan sebelumnya dan tanpa menyadarinya atau merencanakannya. Inilah yang disebut dengan kebetulan, dan tidak ada yang salah dengan itu. Namun berkaitan dengan perbuatan Allah, hal ini terlarang dan tidak boleh digunakan.” [Fatawa Asy-Syaikh Ibni Utsaimin 3/117] Wallahu a’lam. Dalil Tidak Ada Kebetulan Dalam Al Quran dan Hadits Semua peristiwa yang terjadi di dunia ini, baik yang terjadi di bumi maupun di angkasa luar dan alam semesta seluruhnya, tidak ada yang bersifat kebetulan. Dalam arti semuanya terjadi atas kehendak Allah Subhanahu wa Ta’ala dan ketetapan-Nya. Semuanya telah diketahui oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala sebelum persitiwa tersebut terjadi. Ini bila dilihat dari sudut pandang perbuatan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Hanya saja bila dilihat dari sudut pandang perbuatan manusia yang tidak mengetahui peristiwa ghaib di masa datang, maka lazim adanya ungkapan bahwa suatu peristiwa terjadi secara kebetulan dalam arti tidak ada perencanaan atau perkiraan sebelumnya sama sekali. Terjadi begitu saja di antara mereka, walaupun semua itu terjadi atas pengetahuan dan ketetapan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Tulisan berikut ini akan menjelaskan tentang dalil dari Al-Quran dan hadits tentang tidak adanya peristiwa kebetulan dari sudut pandang perbuatan Allah Ta’ala. Ayat Tentang Tidak Ada Yang Kebetulan Dalil Ayat Quran Tentang Tidak ada yang kebetulan di dunia ini Di antara ayat yang menunjukkan tidak ada peristiwa kebetulan di dunia ini bila dilihat dari sudut pandang perbuatan Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah sebagai berikut 1. Ayat alquran tentang daun jatuh Dalam Surat Al-An’am 95 Allah Ta’ala berfirman, وَعِنْدَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لَا يَعْلَمُهَا إِلَّا هُوَ ۚ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ ۚ وَمَا تَسْقُطُ مِنْ وَرَقَةٍ إِلَّا يَعْلَمُهَا وَلَا حَبَّةٍ فِي ظُلُمَاتِ الْأَرْضِ وَلَا رَطْبٍ وَلَا يَابِسٍ إِلَّا فِي كِتَابٍ مُبِينٍ Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya pula, dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata Lauh Mahfudz” 2. Semua Yang Terjadi Sudah Dalam Lauh Mahfudz Al-Hajj 70 Allah Ta’ala berfirman, أَلَمْ تَعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ ۗ إِنَّ ذَٰلِكَ فِي كِتَابٍ ۚ إِنَّ ذَٰلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi?; bahwasanya yang demikian itu terdapat dalam sebuah kitab Lauh Mahfuzh. Sesungguhnya yang demikian itu amat mudah bagi Allah. 3. Semua Sudah Ditakdirkan Al-Qamar 49 Allah Ta’ala berfirman, إِنَّا كُلَّ شَيْءٍ خَلَقْنَاهُ بِقَدَرٍ Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran. Allah menjelaskan bahwa setiap apa yang ada pada kehidupan ini telah ditakdirkan dan ditulis di Lauhul Mahfudz sejak dahulu, dan Allah memberikan kepada makhluk-Nya kewajiban yang dengannya Allah ciptakan mereka. [An-Nafahat Al-Makkiyah, Syaikh Muhammad bin Shalih asy-Syawi][ii] Hadits Tentang Tidak Ada Yang Kebetulan Dalil Hadits Tentang Tidak ada yang kebetulan Sedangkan hadits yang menunjukkan tidak ada peristiwa yang terjadi secara kebetulan bila dilihat dari sudut pandang perbuatan Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah sebagai berikut Hadits Abdullah bin Amr bin Al-Ash radhiyallahu anhuma Dari Abdullah bin Amr bin Al-Ash, dia berkata,” Aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda, كَتَبَ اللَّهُ مَقَادِيرَ الْخَلاَئِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ ”Allah telah menulis takdir seluruh makhluk 50 ribu tahun sebelum Allah menciptakan langit dan bumi.” [Hadits riwayat Muslim 2653] Hadits Abdullah bin Umar radhiyallahu anhuma Thawus bin Kisan Al-Yamani rahimahullah ulama Tabi’in berkata, أَدْرَكْتُ نَاسًا مِن أَصْحَابِ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عليه وَسَلَّمَ يقولونَ كُلُّ شيءٍ بقَدَرٍ، قالَ وَسَمِعْتُ عَبْدَ اللهِ بنَ عُمَرَ يقولُ قالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عليه وَسَلَّمَ كُلُّ شيءٍ بقَدَرٍ، حتَّى العجْزُ والكيْسُ, أو الكيْسُ والعجْزُ “Aku mendapati sejumlah sahabat Rasulullah ﷺ , di antaranya Abdullah bin Umar. Dia berkata,”Segala sesuatu dengan takdir hingga dalam hal kelemahan dan kecerdasan atau kecerdasan dan kelemahan.” [Hadits riwayat Muslim di dalam Shahih Muslim no. 2655] Syaikh Alawi bin Abdul Qadir As-Saqqaf menjelaskan,”Yang dimaksud dengan sabda Rasulullah ﷺ “Segala sesuatu dengan takdir” adalah segala sesuatu tidak akan menjadi kenyataan kecuali telah didahului oleh ilmu Allah Azza wa Jalla, kehendak-Nya dan takdir-Nya. Hingga masalah “kelemahan” maksudnya adalah tidak adanya kemampuan. Ada pula ulama yang berpendapat maksud dari kelemahan’ di sini adalah meninggalkan kewajiban yang mesti dikerjakan, menunda-nundanya serta mengakhirkannya dari waktunya. Sedangkan maksud “kecerdasan” adalah rajin dan sangat cepat memahami berbagai urusan.” Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla telah mentakdirkan kelemahan dan kecerdasan. Segala sesuatu tidak akan menjadi kenyataan kecuali hal itu telah didahului oleh ilmu dan kehendak Allah Ta’ala.[iii] Tanya Jawab Seputar Kebetulan Dalam Islam Ada dua pertanyaan yang perlu mendapatkan penjelasan yang memadai tentang persoalan ini 1. Pertemuan itu takdir atau kebetulan? Pertemuan Itu takdir atau kebetulan Pertemuan antara satu orang atau sekelompok orang dengan yang lain, ada yang direncanakan terlebih dahulu dan ada yang tidak. Kedua jenis pertemuan tersebut semuanya terjadi atas kehendak dan takdir Allah Subhanahu wa Ta’ala. Tidak ada sesuatu yang terjadi di alam raya ini tanpa terlebih dahulu diketahui oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala sebelum terjadi. Semuanya sudah ditulis oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagaimana dalam hadits Abdullah bin Amr bin Al-Ash radhiyallahu anhuma dia berkata,” Aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda, كَتَبَ اللَّهُ مَقَادِيرَ الْخَلاَئِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ ”Allah telah menulis takdir seluruh makhluk 50 ribu tahun sebelum Allah menciptakan langit dan bumi.” [Hadits riwayat Muslim 2653] BIla dilihat dari perbuatan Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka pertemuan itu bukan sesuatu yang bersifat kebetulan meskipun terjadi di luar rencana orang-orang yang bertemu. Namun dari sudut pandang perbuatan manusia, seseorang atau sekelompok orang bisa saja bertemu tanpa direncanakan dan diperkirakan sebelumnya. Terjadi begitu saja di luar dugaan sama sekali. Hal ini karena manusia tidak mengetahui apa yang akan terjadi di waktu yang akan datang. Sehingga sering terucap, ketika bertemu secara tidak sengaja, ungkapan seperti,”Kebetulan sekali kita bisa bertemu di sini”; “Kebetulan saya menemukan cincinnya yang terjatuh”, dan seterusnya. Ungkapan semacam ini oleh para ulama dibolehkan karena bukan bentuk menafikan takdir Allah Ta’ala atau mengingkari bahwa Allah Ta’ala Maha Mengetahui segala sesuatu. 2. Maksud Tidak ada yang kebetulan semua sudah diatur Allah. Tidak ada yang kebetulan semua sudah diatur Allah Maksud dari ungkapan tidak ada yang kebetulan, semua sudah diatur oleh Allah adalah bila dilihat dari sisi perbuatan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ini bagian dari kandungan beriman kepada Qadha’ dan Qadar. Imam Ibnu Hajar al-Asqalani rahimahullah berkata, أن الله علم مقادير الأشياء وأزمانها قبل إيجادها، ثم أوجد ذلك على ما سبق به علمه، فكل محدث صادر عن علمه وقدرته وإرادته “Sesungguhnya Allah mengetahui ukuran segala sesuatu dan waktu-waktunya sebelum penciptaan semua itu. Kemudian menciptakan semua itu berdasarkan ilmu Allah Ta’ala mengenai hal tersebut. Dengan demikian, semua yang diciptakan itu bersumber dari ilmu Allah, kekuasaan-Nya dan kehendak-Nya.”[iv] Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah berkata,” Berkenaan dengan perbuatan manusia, hal-hal bisa terjadi secara kebetulan, karena orang tidak memiliki pengetahuan tentang perkara ghaib dan sesuatu dapat terjadi tanpa dia sadari atau orang melakukan sejumlah hal yang tidak mengarah kepada sesuatu yang kebetulan tersebut atau tidak memperkirakannya. Tetapi sehubungan dengan perbuatan Allah, tidak demikian halnya, karena segala sesuatu diketahui oleh Allah dan segala sesuatu ditentukan oleh-Nya. Berkaitan dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak ada yang terjadi secara kebetulan untuk selamanya. [Fatawa Asy-Syaikh Ibnu Utsaimin 3/117]. Wallahu a’lam. Demikian ulasan singkat tentang ungkapan kebetulan’ dalam Islam. Semoga bermanfaat. Bila ada kebenaran dalam tulisan ini maka itu dari rahmat Allah semata dan bila ada kesalahan dan kekeliruan maka itu dari kami dan dari setan. Allah dan rasul-Nya berlepas diri darinya. [i] [ii] [iii] [iv] Tulisan tentang kebetulan dalam Islam ini pertama kali diunggah pada 17 April 2021 dan diupdate pada 15 September 2021 uIZ5.