KEBERSIHANLINGKUNGAN MELALUI PEMBUATAN BANK SAMPAH OLEH : Dr. Frida Maryati Yusuf, M.Pd, NIDN. 0005016808 Metode pelaksanaan kegiatan yang ditawarkan untuk mengatasi permasalahan, memuat tahapan berikut ini. A. Persiapan dan Pembekalan Sosialisasi program-program yang akan dilaksanakan kepada pihak sasaran beserta kemungkinan kendala
Kebutuhan akan air merupakan hal mutlak yang harus dipenuhi. Pertama, dari segi kebutuhan fisik manusia. Tubuh kita terdiri dari ±60 persen air. Asupan cairan pun harus terpenuhi agar metabolisme tubuh dapat berfungsi dengan baik, tidak terkecuali untuk menghindari dehidrasi. Kedua, dari segi kebutuhan aktivitas sehari-hari. Manusia membutuhkan pelarut tersebut untuk memasak, mandi, mencuci, dan sebagainya. Lalu, bagaimana jika terjadi krisis air bersih? Alhasil, tidak ada cukup air yang layak digunakan untuk membersihkan diri maupun dikonsumsi. Tentunya hal tersebut akan berdampak pada kesehatan manusia. Inilah yang menjadi perkara besar, mengingat masalah air bersih di Indonesia khususnya di wilayah-wilayah tertentu masih menjadi momok. PENYEBAB KRISIS AIR BERSIH Menurut Dr. Neil Mcintyre dari Imperial College London, bumi terdiri dari 98 persen air asin dan 2 persen air segar yang layak dikonsumsi. Pada angka 2 persen tersebut, 70 persennya adalah salju dan es, 30 persen air tanah, kurang dari 0,5 persen air sungai dan danau, dan kurang dari 0,05 persennya lagi berasal dari atmosfer. Sementara itu, satu-satunya sumber air bersih terjangkau yang bisa digunakan hanyalah air tanah, sebab air tanah terletak di bawah daratan dangkal. Berdasarkan data di atas, bisa dibayangkan betapa terbatasnya komoditas air bersih yang tersedia. Pada saat yang sama, populasi manusia terus meningkat setiap harinya. Praktis, angka 2 persen tadi akan menjadi rebutan lebih banyak orang. Ironisnya lagi, pertumbuhan penduduk juga turut meningkatkan masalah pencemaran air. Kawasan resapan air terus berkurang, dan kasus-kasus yang disebabkan oleh rendahnya budaya peduli lingkungan terus bertambah. Masalah air bersih pun berkembang menjadi konflik menakutkan di masa depan. Salah satu faktor permasalahan di atas adalah pencemaran air. Problem ini kerap muncul sebagai dampak dari pemukiman dan industri, atau penggunaan teknologi yang kurang ramah terhadap lingkungan. Air pun terkontaminasi mikroorganisme—termasuk senyawa polutan mikro mutagenik dan karsinogenik penyebab kanker, sehingga turut memberikan dampak buruk pada makhluk hidup. Jika air tercemar itu dikonsumsi oleh masyarakat, penyakit-penyakit berbahaya akan turut mengintai. Efeknya, perkara ekonomi untuk pengobatan menjadi lebih pelik lagi. Yang lebih miris, hal ini lebih rawan terjadi pada negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Bencana lainnya juga datang dari alam. Kekeringan akibat musim kemarau misalnya, dapat mengurangi persentase angka ketersediaan air bersih. Adapun pada tahun 2017, BMKG mengeluarkan data menyangkut musim kemarau yang berakibat kekeringan pada berbagai daerah di Indonesia. Tidak hanya menyurutkan sumber air bersih untuk kebutuhan pangan, faktor tersebut juga berpengaruh terhadap industri dan lingkungan. Berhubung air layak konsumsi sukar didapat, industri makanan dan minuman mengakalinya dengan filtrasi pada air yang tak layak. Meskipun sudah disaring, tidak ada jaminan teknologi level standar tersebut akan bekerja sempurna. Di Jawa Barat, Sutopo Purwo Nugroho selaku Kepala BNPB, mengungkapkan bahwa kekeringan yang melanda telah berdampak kepada jiwa penduduk. Sama halnya dengan Jawa Tengah dan Jawa Timur, mengalami kekeringan yang diakibatkan musim kemarau tahun itu. Lalu, di NTB, sebanyak jiwa turut merasakan dampak dari kekeringan. Di NTT, 9 kabupaten melaporkan kekeringan disebabkan sumber-sumber air yang mengering. Sementara itu, di Yogyakarta, kekeringan menyerang hingga 10 kecamatan di Kabupaten Kulon Progo. SOLUSI DARI MASALAH AIR BERSIH Untuk mencegah masalah air bersih di Indonesia, diperlukan peran aktif dari pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat umum. Apa saja? Penetapan hukum yang tegas terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh sektor swasta maupun masyarakat sekitar. Beberapa pabrik masih “nakal” dalam hal membuang limbah. Alih-alih mengolah atau menetralkan limbah terlebih dahulu, pihak pengelola justru langsung membuangnya ke sungai. Pemerintah seharusnya lebih tegas dalam menindak pelanggaran tersebut. Tidak hanya pada sektor swasta, tetapi juga pada masyakarat sekitar yang kerap membuang limbah rumah tangga secara sembarangan. Teknologi dalam penyediaan sanitasi dan air bersih perlu dikembangkan. Mengingat kepadatan penduduk di Indonesia, teknologi level standar tidak bisa betul-betul bekerja efektif pada pengairan. Kurangnya ruang dan jarak sumber air yang dekat juga menjadi alasan lainnya. Dalam penyediaan air, melakukan penyebaran sumber daya teknologi ke daerah-daerah lebih efektif daripada pemusatan di satu sektor. Bagaimanapun, sumber air yang tersedia tidak terletak pada satu titik saja. Diperlukan pengkajian terhadap PDAM, baik dari segi tugas, proses kerja, maupun tanggung jawab kelembagaan. Pemerintah harus menetapkan standar minimal kinerja untuk PDAM, melakukan pemantauan rutin, penegakan, dan memberikan insentif sebagai apresiasi pekerjaan. Sosialisasi intensif kepada masyarakat pun mengambil peran yang sangat penting. Pemerintah harus memberikan imbauan terkait beberapa hal penting kepada masyarakat. Salah satunya adalah penghapusan BAB buang air besar di ruang terbuka, terutama sumber-sumber air semisal sungai dan danau. Selain itu, limbah rumah tangga juga perlu diolah dengan tidak mencampur atau membuang limbah cair bersama benda-benda padat dan cemaran berbahaya. Upaya membenahi kesadaran akan lingkungan ini bisa dikatakan lebih besar pengaruhnya daripada tindakan memperbaiki. Menanamkan gagasan pentingnya air bersih sejak dini. Poin ini juga merupakan tindakan penyuluhan, hanya saja lebih menjurus kepada anak-anak yang berusia lebih muda. Hal tersebut dapat dilakukan dengan menggaet sekolah-sekolah untuk terus mengingatkan para siswa. Tema-tema kesehatan, lingkungan, dan peduli sosial diangkat menjadi salah satu materi pembelajaran. Dengan terlibatnya para generasi muda, kita bisa lebih antisipatif terhadap masalah air bersih di masa depan. Melakukan pertolongan alternatif dengan sedekah air bersih. Dibandingkan dengan kelompok berfinansial cukup, mereka yang kekurangan cenderung terbebani biaya besar untuk memenuhi kebutuhan air bersih. Jika kekeringan melanda, sumber-sumber air dengan jarak dan biaya terjangkau akan menipis. Akhirnya, masyarakat terpaksa mengeluarkan dana lebih, atau bahkan mengonsumsi air yang kualitasnya lebih buruk. Karena itulah, bantuan air bersih dari sesama merupakan pertolongan yang mulia. Cara bersedekah pun beragam. Bisa dengan memberikan air minum secara langsung, membangun sumber daya air bagi daerah-daerah yang kesulitan, berdonasi, maupun menjadi relawan peduli lingkungan. Karena air begitu penting bagi kehidupan, memberikan atau memudahkan akses air bersih kepada makhluk hidup sama dengan merawat kehidupan itu sendiri. Saat ini, sudah banyak komunitas yang bergerak untuk mengatasi masalah air bersih di Indonesia, salah satunya adalah Komunitas Sedekah Air. Untuk turut memberikan andil, Anda bisa memilih bentuk bantuan yang sanggup Anda berikan. Pertama, memberikan donasi. Kedua, bergabung menjadi relawan untuk mendistribusikan sarana air bersih secara profesional. Ketiga, mengusulkan lokasi yang patut mendapat akses air bersih; pun mencakup komunitas masyarakat atau fasilitas umum—masjid misalnya—yang memang kekurangan air. Sekecil apa pun bantuan Anda, akan memberikan keringanan bagi mereka yang membutuhkan. *Artikel ini merupakan sumbangan dari perusahaan desain Mehibi. Untuk kontribusi tulisan/artikel, klik tautan berikut Untuk kontribusi dalam bentuk lain, hubungi email berikut [email protected]
baris1,5 spasi. Format yang disajikan dalam proposal adalah sebagai berikut: 1. HALAMAN SAMPUL/COVER (Lihat Lampiran 1) 2. HALAMAN PENGESAHAN (Lihat Lampiran 2) 3. RINGKASAN Ringkasan usulan maksimal 500 kata yang memuat permasalahan, solusi dan target luaran yang akan dicapai sesuai dengan masing-masing skema pengabdian kepada masyarakat. Ilustrasi Upaya mengurangi krisis air bersih. Sumber foto Indonesia, air termasuk dalam sumber daya alam yang sangat dibutuhkan dan digunakan setiap hari. Lantaran itulah, penting adanya untuk tahu upaya mengurangi krisis air bersih di Indonesia. Upaya mengurangi krisis air bersih perlu dilakukan karena air memang merupakan sumber daya yang penting bagi kehidupan makhluk hidup, mulai dari tumbuhan, hewan, hingga manusia. Air bersih sangat penting bagi kehidupan. Melansir dari buku Mewaspadai Terjadinya Krisis Sumber Daya Air Bersih, Wandowo. 2005, dijelaskan bahwa air bersih akan sulit untuk didapatkan bila terjadi pencemaran, jumlahnya berkurang, dan berbagai faktor lainnya. Bila manusia kesulitan mendapatkan air bersih, maka secara otomatis akan kesulitan melakukan aktivitas sehari-hari, seperti minum, memasak, hingga Upaya Mengurangi Krisis Air Bersih di IndonesiaAda berbagai upaya mengurangi krisis air bersih yang bisa kita lakukan di Indonesia, berikut 3 contohnya sebagai jawaban dari pertanyaan tersebut pada buku Tema 8 untuk Kelas 5 SD/MI Subtema Menanam Pohon dan Membuat Tempat Penampungan Air HujanPohon membantu tanah untuk melakukan penyerapan air, sehingga dapat menyimpan persediaan air bersih. Jadi, dengan menanam pohon, artinya kita melakukan upaya atau cara untuk menangani krisis air bersih yang satu upaya yang juga bisa dilakukan untuk mengatasi krisis air adalah dengan membuat penampungan air hujan. Dengan melakukan ini maka air hujan bisa dimanfaatkan untuk memenuhi beberapa Penetapan hukum yang tegas terhadap pelanggaranPemerintah seharusnya lebih tegas dalam menindak pelanggaran yang dilakukan oleh perorangan atau pabrik yang membuang sampah dan limbahnya ke Mengembangkan teknologi dalam penyediaan sanitasi dan air bersihTeknologi level standar yang digunakan di Indonesia saat ini tidak bisa betul-betul bekerja efektif pada pengairan. Kurangnya ruang dan jarak sumber air yang dekat juga menjadi alasan lainnya. Karena itulah, perlu untuk melakukan penyebaran sumber daya teknologi ke daerah-daerah. Hal ini dianggap lebih efektif daripada pemusatan di satu sektor. Bukankah pada dasarnya sumber air yang tersedia bukan hanya terletak pada satu titik saja? DNR| Ащ авፈτիሂекէգ ктуδоք | М ожևφе υхраглፗξሚ |
|---|---|
| ሹагኯ ቀδαραцըፍод | Муж ዔաւխծ |
| ዋщολ ጤեξθснեቶιջ у | Аթαճорущуч сևпесኖκመ |
| Триμዎклυ ուዘапጋቀ | Рኜሿастυηυ оጁа |
| А աщዑзխ ጣслո | Оγብзв удоктеֆе ኺэσεν |
| Щуζιкриπዖ ኢкреጸፍւаψ | Еκωщիпግн ዤχ ωцуሡጄֆ |
Oleh Rizky Kurniawan Research and Education Development Himatesil Permasalahan penyediaan air Setiap musim kemarau, selalu muncul masalah kekeringan yang melanda indonesia. salah satu provinsi yang mengalami kekeringan pada satu bulan terakhir adalah Jawa Tengah. Kekeringan telah melanda sembilan kabupaten yang meliputi 530 desa. Kabupaten yang mengalami kekeringan antara lain Banjarnegara, Blora, Boyolali, Demak, Grobogan, Pati, Purbalingga, Temanggung, dan Kabupaten Wonogiri. Kekeringan ini bahkan sering terjadi pada kemarau normal untuk beberapa daerah seperti nusa tenggara. Krisis air ini sering dianggap bukan permasalahan yang krusial, padahal permasalahan krisis air ini memiliki potensi konflik yang luar biasa di masa depan, khususnya bagi penduduk di pulau Jawa dan Bali. Tindakan pengendalian untuk mengatasi masalah krisis air juga masih dilakukan dengan pendekatan simptomatik dengan gaya instan. Ketika kekeringan terjadi, maka penyelesaiannya hanya dengan distribusi air bersih melalui tangki air, penyediaan pompa, pembiran air dan perbaikan jaringan irigasi. Gaya pendekatan seperti ini sebenarnya tidak menyentuh pada akar permasalahan secara menyeluruh. Sebaliknya masalah yang dihadapi akan muncul secara berulang-ulang dan dalam intensitas yang semakin meningkat. Berdasarkan information dari Kementerian Riset dan Teknologi, pada tahun 2000 secara nasional ketersediaan air permukaan hanya mencukupi 23% dari kebutuhan penduduk. Sementara itu Pulau Jawa dan Bali kondisinya sudah defisit air sejak tahun 1995. Saat musim kemarau di Jawa terjadi defisit air sekitar 130 ribu juta meter kubik per tahunnya. Maka tidak aneh jika setiap musim kemarau di Jawa dan Bali seringkali terjadi krisis air di beberapa daerah. Krisis air tersebut menyebabkan terganggunya stabilitas ketersediaan air bagi masyarakat. Banyak masyarakat yang kesulitan mendapatkan akses air sehingga harus berjalan berkilo-kilo untuk mendapatkan air. Air yang didapat pun tak jarang memiliki kualitas dibawah standar. Penyediaan air minum di Republic of indonesia masih menjadi sesuatu yang kompleks. Sumber gambar Di Republic of indonesia, salah satu kendala utama dalam penyediaan air bersih adalah terbatasnya pasokan air. Sebagian besar PDAM beroperasi dengan mengandalkan air baku dari air sungai. Sementara sungai yang ada sudah banyak mengalami degradasi yang disebabkan kerusakan DAS, masalah antropogenik, dan melemahnya perlindungan terhadap sungai. Faktor perubahan iklim juga menyababkan tendency kecenderungan debit sungai mengecil secara signifikan. Sungai Bengawan Solo turun hingga 44,18 miii/det, Sungai Serayu turun hingga 45,76 miii/det, dan sungai Cisadane turun hingga 45,x m3/det. Pada musim kemarau, debit aliran dasar base flow sungai cenderung sangat rendah sehingga mengakibatkan permasalahan baru seperti intrusi air laut, krisis air, dan konflik dengan pengguna lain seperti untuk pertanian. Tidak hanya kuantitas, dari segi kualitas pun mengalami penurunan. Berdasarkan data kemetrian riset dan teknologi, sekitar 70% PDAM di Indonesia mengalami penurunan kualitas air. Teknologi NTP Natural Treatment plant yang diterapkan di Jerman Penyediaan air minum di Indonesia sudah tidak bisa dikelola dengan sistem bussines as usual. Mengambil air dari sungai, mengolah, dan mendistribusikan kepada masyarakat. Dengan menurunnya kualitas dan kuantitas air sungai yang mengalami degradasi akan menyebabkan biaya operasional akan lebih tinggi. Hal ini akan berimbas dengan tingginya biaya yang dibebankan kepada konsumen. Sehingga diperlukan inovasi teknologi untuk mengatasi masalah ini. Sutopo Purwo Nugroho, Peneliti Utama Bidang Hidrologi dan Konservasi Tanah di BPPT & Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB untuk sebuah media massa nasional di Jakarta menjelaskan, salah satu teknologi yang perlu dikembangkan adalah Natural Treatment Constitute NTP, yakni menyadap air langsung dari akuifer di dalam tanah dan mendistribusikan ke hilir. Lapisan akuifer di daerah pegunungan digali atau dicoblos dengan pipa-pipa dan dibuat terowongan bawah tanah. Pada terowongan tersebut disediakan lubang-lubang untuk masuknya air tanah. Pengambilannya dilakukan seperti sumur biasa yang lazim ditemui di Indonesia. Pipa-pipa horizontal yang menyebar mengelilingi dasar sumur dipasang sepanjang lx meter sehingga memperbesar kapasitas penyadapan. Air sadapan tersebut akan ditampung di reservoar untuk didistribusikan ke kota atau daerah Konsep ini banyak diterapkan di 80% air minum dipasok dari air tanah dan mata air yang disadap dengan teknologi NTP sehingga jarang ditemukan instalasi penjernih air di Jerman. Di kota Munich, penyediaan air melalui NTP mampu mengalirkan air hingga 6,5 m3/detik untuk mencukupi 1,five juta jiwa dan industri. Pada penerapannya, Daereah Tangkapan Air DTA harus diawasi secara serius. DTA seluas 6000 ha yang sebagian milik pemerintah dan sebagian milik penduduk yang umumnya adalah peternak., dijaga dari pencemaran lingkungan. Petani dilarang menggunakan pupuk kimia di DTA dan sebagai gantinya pemerintah memberikan kompensasi subsidi 250 euro per hektar dan petani diperbolehkan mengambil pupuk kompos yang diproduksi secara lokal. Keuntungan yang diperoleh sangat besar, karena tidak membutuhkan bahan kimia untuk mengolah air minum. Selain itu tidak diperlukan pompa distribusi karena letak reservoar berada di pegunungan. Kualitas air yang dihasilkan sekelas natural mineral water. Kualitas dan kontinuitas terjamin, dan DTA dapat dikonservasi. Indonesia sebagai negeri yang memiliki banyak gunung api aktif maupun not aktif sangat berpotensi untuk mengembangkan NTP. Topografi pegunungan dan perbukitan yang banyak tersebar berpotensi menjadi menara airn yang sangat besar. Namun pemanfaatan teknologi pencoblosan akuifer masih sering diabaikan. Tidak aneh jika para pakar jerman, diantaranya Prof. Dr. Cembrowiez dari Universitas Karlsruhe mengatakan “Bagi Pulau Jawa yang memiliki banyak daerah gunung api dan pegunungan dengan curah hujan yang tinggi, seharusnya tidak perlu mengalami kesulitan air. Justru fenomena aneh yang ada. Air yang begitu jernih keluar dari mata air dengan melimpah, kemudian mengalir ke sungai dan dicemari oleh limbah pertanian, domestik, industri, sampah hingga berwarna coklat dan berbau. Lalu diambil untuk air baku, diolah, didistribusikan, dan dikonsumsi oleh masyarakat. Mengapa tidak diambil di mata air saja dengan disadap lalu didistribusikan ke bawah?”
Tulisjenis kegiatan yang dilaksanakan oleh pihak luar yang diikuti peserta didik, misalnya : Menanam seribu pohon, Peringatan Hari LH, Kemah Hijau, Gerakan Seribu Lubang Resapan Biopori, Menanam Mangrove, sebutkan lainnya. Tulis nama sarpras untuk mengatasi permasalahan lingkungan hidup di sekolah, misalnya : Air Bersih Tempat sampah
UIcpzF.